Rabu, 07 Januari 2009

msrifah

Pada Penggalan Masa
Episode Subuh

Oleh Prakoso Bhairawa Putera


Menelusuri sisa kekuasaan sang dewi yang bertahta di langit para rasi
pada tiga perempat penggalan malam
dalam sebuah pemberontakan jiwa hitam dan putih
di mana hitam senantiasa merayu dengan belaian sayang hingga merasuki
susunan saraf motorik menggoda jiwa putih
dalam kemantapan langkah temui kekasih
pada persimpangan jalan

Tafakur samudra ayat
bersama subuh yang mengangkat orang
dari kubangan bunga-bunga tidur
di sini cerita bermula setiap harinya
dan para malaikat senantiasa mencatat
hati yang datang dengan tasbih zikrullah
doa serta ayat-ayat quran
sementara itu do cakrawala timur matahari
mulai menggerogoti kedikdayaan sang dewi

Indaralaya, 4 Ramadhan 1423 H


Tafakur Diri
Oleh Prakoso Bhairawa Putera

Bertutur doa menyapa malam lewat syair quran
pada keraguan diri di sini
bimbang dalam ketertaian
menyelusuri lorong-lorong hidup
kelam, pekat hampa cahaya-Mu

Ku cari sinaran di kala pagi pada mentari
tapi tak ku temui di sana
di bias bulan dan bintang pun kucari, namun
tak ku jumpai, bulan bintang hanya beri kegelapan hati saja
di sisa nyala lentera pun tak ku temui nur-Mu
Allah ya robbi...jangan biarkan kejora hati ini hilang
lenyap habis oleh kelam, aku lelah kaki ini enggan
berdiri menopang tubuh yang mulai hitam
aku takut ya Allah Ya robbi....aku terhalusinasi dunia impian
membuai jiwa di kesadaran Ya...Allah
aku kini di Istana-Mu ya Allah beri cahaya hati
agar lampion jiwa berbinar arti hidup dunia akhirat
Allah ya robbi...Allahu Akbar


Syair Burung-Burung Rawa
Oleh Prakoso Bhairawa Putera

Mineral yang tumbuh dari rahim pertiwi
menjelma jadi kolam air panas di lindungi
benteng pohon hijau bercanda santai
tuan-tuan di pinggir kolam nikmati kopi
alam sembari meneguk hangat secangkir kopi

Dari pinggir kota Sungailiat
gemercik air yang bercanda dengan ocehan burung
rawa temani tante, bibi dan nyonya-nyonya mainkan
nada tertawa dalam kolam lupakan peliknya hidup
satu dua menit lalu
teman-teman sebayaku dam seusia dengan adikku
sibuk bermain, berlari, nyanyikan lagu kesukaan
bersama komedi putar, ayunan dan jembatan gantung
"Itu dulu !" ketika para lumutbelum menghidupkan habitat bersama rumput liar yang kini tertawa
lantaran bebas dari tangan buruh potong rumput
dan ratapan kemegahan hanya jadi ejekan Senyum dari wajah lukanya
melihat orang-orang mencuci mobil di sisi kolam
mengambil air ketika kemarau
Tirta Loka Pemali menyuarakan kerinduan akan
keasriannya bersama syair harapan yang tak henti dimainkan burung-burung rawa hingga lembaran menulisnya kembali
AKANKAH ?

Tidak ada komentar: