Minggu, 04 Januari 2009

msrifah



Diterbitkan Oleh : Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Edisi : 16/VIII, 10 Shafar 1419, 05 Juni 1998.

Pelajaran dari Kaum 'Aad dan Tsamud

Pergantian penguasa maupun bangsa adalah suatu sunatullah. Kita mengenal sebuah bangsa yang kuat lagi jaya dalam Al-Qur'an yang disebut dengan bangsa(kaum) Aad dan Tsamud (2000-1900 SM). Kedua bangsa ini mengalami kejayaan pada masanya. Mereka mempunyai kebudayaan yang tinggi, membangun negeri dengan kemampuan putera-putera bangsanya yang cerdas dan terampil. Teknokrat-teknokrat mereka mampu menggali logam-logam di bumi, mengolahnya menjadi aneka ragam kebutuhan. Gedung-gedung dengan arsitektur yang sangat cantik didirikan, gunung yang kokoh dan lereng lereng pebukitan yang tinggi dipahat. Di dalamnya mereka bentuk ruang pertemuan, kamar kamar yang cantik, tempat pemandian dan gudang perhiasan.

Banyak BUMN didirikan untuk mendukung kemajuan ekonomi bangsa. Begitu juga sumber-sumber air mereka ciptakan untuk mendukung kemakmuran rakyat. Sebagaimana di banyak negeri, para menterinya tidak jemu-jemunya mempropagandakan berbagai sukses yang diperoleh bangsa. Tidak ada kesempatan yang penting, di mana rakyat banyak berkumpul, melainkan selalu dikumandangkan tentang kesuksesan dan keberhasilan itu. "Kita adalah bangsa besar. Rakyat kita makmur dan kuat." Secara bergiliran para menteri dan pejabat negeri menyampaikan sukses bangsanya itu di setiap kesempatan. Nampaklah di sana, negara sudah bebas dari kaum miskin. Seluruh rakyat hidup makmur. Rakyat sudah hidup sejahtera. Itu potret yang tampak. Pada kenyataannya tidak sedikit penduduk yang tinggal di sudut-sudut negeri dilanda kelaparan, mereka sangat sulit mendapatkan sembako, walau cuma segantang gandum.

Kemaksiyatan juga sudah tumbuh subur dan merajalela di kalangan para petinggi negara. Seiring dengan kebobrokan moral para penguasa, rakyat hidup semakin jauh dari kendali nilai-nilai tauhid. Doktrin ajaran jahiliyah telah menggantikan nilai-nilai tauhid dan sungguh ditanamkan sedemikian kuatnya.

Keimanannya kepada Allah swt telah berpindah kepada berhala-berhala, yang semula adalah para pahlawan bangsa mereka yang senantiasa disanjung-sanjung. Menurut pendapat para mufassir ada tiga buah patung tokoh masyarakat yang mereka sembah, yaitu Shada, Shamud dan Hab. Mereka tempatkan patung itu di "taman makam pahlawan" kemudian mereka sembah-sembah. Pada mulanya mereka hanya mengagumi peranan pahlawan itu terhadap bangsanya, tapi lambat-laun memuja dan menuhankannya.

Padahal dahulu para pahlawan itu adalah orang-orang yang mengesakan Allah sebagai Tuhan yang Esa. Mereka berasal dari keturunan Sam putera Nabi Nuh as. Mereka menggeser dan mengingkari niat suci para pendahulunya sesuai dengan keinginan nafsu.

Melalui kasih sayang Allah, Dia menurunkan seorang tokoh reformasi (reformer) aqidah, yakni Nabi Hud as. Diharapkan kehadiran Hud akan mengembalikan pola pikir mereka agar kembali sehat, wajar dan fitrah.

Tapi penyakit buta bati itu sudah sangat kronis.Kehadiran Nabi Hud di tengah mereka malah jadi bahan semoohan dan diolok-olok. Yang lebih parah lagi, upaya amar ma'ruf nahi munkar yang Hud lakukan malah dianggap sebagai tindakan orang sinting. Nabi Hud dituduh sudah gila akibat senantiasa menghujat berhala-berhala mereka. Hud telah kualat. Dalam al-Qur'an ungkapan mereka kepada Hud itu diabadikan dalam surat Huud: "Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan(tuhan-tuhan) kami telah menimpakan penyakit gila kepadamu. Hud menjawab." Sesungguhnya aku bersaksi kepada Alah dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan." (Q.S. Huud: 54)

Kepada kaum Tsamud Nabi Shaleh juga meluruskan pola pikir masyarakatnya yang sudah cenderung melenceng dengan berkata."Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya. Kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya lagi memperkenankan (do'a hamba-Nya)." (Q.S. Huud: 61)

Akhirnya Allah mendatangkan kutukan dengan mendatangkan angin yang sangat dingin dengan hembusan yang sangat kencang selama beberapa hari. Beberapa kota yang megah milik kaum Aad itu akhirnya hancur dan tertimbun tanah.

Salah satu kota yang paling indah dalam Al-Qur'an disebut sebagai "Irama Dzaatil Imaad" (Iram yang mempunyai bangunan yang tinggi-tinggi) (Q.S. Al-Fajr: 7). Kota ini dibangun oleh penguasa Syaddad bin Aad yang sombong. Begitu mendengar Allah menyebutkan tentang keindahan syurga yang akan diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang bertaqwa, ia kemudian memerintahkan warganya untuk membuat syurga tandingan. Di gurun pasir negeri Aden, dibangunlah kota besar, istana dan gedung-gedung yang terbuat dari emas, perak dan tiang-tiang pilarnya dari permata Zabarjad dan Yakut. Ditengah-tengah kota dialirkan sungai-sungai yang airnya senantiasa mengalir dengan aliran yang teratur dan jernih, lalu ditanam pohon-pohon yang rindang. Ketika Syaddad akan meresmikan bersama para pembesar kerajaan dan rakyat, Allah mengirimkan petir yang membinasakan mereka. Dalam sekejap pembangunan yang diupayakan bertahun-tahun musnah oleh murka Allah dalam bentuk petir yang berlangsung hanya beberapa menit.

Nasib serupa juga menimpa kaum Tsamud. Akibat keingkaran mereka terhadap hukum Allah, mereka ditimpa azab berupa petir yang luar biasa dahsyatnya, hingga terjadilah gempa yang sangat luar biasa. Bumi Tsamud terbalik dan menghancurkan penduduk beserta seluruh infrastrukturnya, kecuali nabi Saleh dan kaumnya yang beriman.Kedua negeri ini sekarang lenyap dari peta ilmu bumi. Bahkan dalam Al-Qur'an digambarkan seolah-oleh mereka taaidak pernah ada di muka bumi. (Q.S. Huud: 68)

Kisah lanjutan adalah negeri yang dipimpin oleh sang angkara murka Namrud dan Fir'aun. Namrud yang tidak pernah mau lengser keprabon dan bahkan menentang Kemahakuasaan Tuhan harus mati oleh seekor nyamuk yang mengejarnya ke mana ia pergi. Halnya dengan Fir'aun sebelum mati mengenaskan di laut merah Allah telah mendatangkan bala berupa kodok/keong yang muncul mendadak dan tersebar diseluruh penjuru negeri. Istana dan kamar fir'aun yang dijaga ketat oleh pengawal kerajaan dan petugas cleaning service yang ada, tidak mampu mengatasi 'pasukan Allah' berupa kodok/keong ini.Negeri menjadi panik dan rakyat kacau balau.

Nasib sedih belum beranjak dari negeri kita akibat badai krisis moneter. Di Kalimantan Timur ratusan ribu hektar hutan terbakar dan konon baru akan bisa dipadamkan pada 50 tahun mendatang, disusul musibah banjir di Bandung, kelaparan di Irian Jaya, demam berdarah di Ibukota Jakarta. Di provinsi Lampung sekarang jutaan belalang kembara(locusta migratoria)sedang memangsa setidaknya 62.000 hektar perkebunan tebu dan padi yang siap panen. Belalang-belalang itu sama sekali tidak mau beranjak dari tempatnya, sekalipun sudah 6 tangki obat pembasmi serangga(insektisida dan pestisida) dihabiskan. Sejenak mereka menyingkir untuk kemudian datang lagi dengan jumlah yang lebih besar. Hama yang sama juga menyerang Provinsi Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, dan Sulawesi.

Sementara itu di Grobogan, Tegal, Brebes (Jawa Tengah) dan sekitarnya ribuan tikus mengamuk dan menghancurkan ribuan hektar tanaman padi milik para petani yang siap dipanen.

Itu semua adalah peringatan alam sebagai sunatullah akibat hukum yang diberlakukan diatasnya bukan hukum dari Pemilik alam, Kitabullah. Alam murka karena hukum yang berlaku adalah hukum taghut(syaitan), sementara ulama dan tokoh agama yang ada hanya dipakai untuk memupuk suburkan nilai-nilai taghut tersebut.

Krismon semogalah bukan cara Tuhan meneggelamkan negeri ini dari sejarah bangsa-bangsa di dunia, tapi untuk memperkokoh kita dan lebih mendekatkan kita kepada-Nya. Silih berganti satu demi satu muncul dan tenggelam. Bahwa pada setiap kaum di sana memiliki batas akhir kehidupannya, kejayaannya.

Tidak ada komentar: